Rabu, 19 Juni 2013

Ibunya Putri

Kematian pasti akan datang. Dia hanya masalah waktu. Ini soal rahasia, hanya Allah yang tahu kapan waktunya. Segala macam kemungkinan bisa saja terjadi, dan kapan saja. Beberapa hari ini saya diingatkan dengan itu, ya tentang kematian. Dia bukan untuk ditakutkan, atau merupakan moment yang menyedihkan yang berkepanjangan.

“apa inspirasimu hari ini?” Saya kelabakan ketika tetiba imam menanyakan ini setelah menyapaku dalam chat room jejaring sosial lengkap dengan emoticon yang khas selalu ia pakai.

Satu menit, dua menit, mungkin sampai empat menit suasana lengang. Saya bingung mau menjawab apa. Berfikir. “beberapa hari ini aku diiingatkan dengan kematian, Im. Aku punya buku baru antologi Gaza yang nulis dr. Prita, dkk. Relawan BSMI yang pernah ke Gaza waktu itu. Judulnya Membalut Luka Gaza.”

Saya sengaja nggak membahas berita duka yang mungkin dia juga sudah mendapat beritanya dari teman kuliah kami melalui pesan singkat, SMS. Kalaupun tidak, dia bisa membaca postingan di status facebook saya bebeberapa waktu yang lalu.

Satu jam yang lalu sebelum saya online untuk urusan syuro’ dengan chat facebook merempungkan gagasan setahun yang lalu, ada dua teman kampus memberi kabar duka, ibu dari teman kita meninggal hari ini (18/06), innalillahi....

Ya ibunya Putri Yunizar, teman dekat saya, bahkan kami satu penelitian skripsi. Tapi dia belum selesai sampai dengan hari ini. Ayahnya meninggal satu setengah tahun yang lalu. Tepat sehari setelah ibu saya nggak ada, kini disusul ibunya. Nggak kuat membayangkan lebih jauh. Hanya bisa mendoakan, semoga dia kuat.

Kehilangan orang yang kita cintai memang sedih rasanya. Apalagi kehilangan orangtua. Rasanya belum banyak yang bisa kita berikan kepadanya sebagai balas budi. Tapi dengan kita menjadi anak-anak yang sholeh/sholehah, insya Allah cukup untuk memberikan bekal amal jariyah pada mereka hidup di alam keabadian sana.

Kita harus belajar dari mereka orang-orang yang hidup di Gaza, Palestina. Kalau dr.Prita dan beberapa rekannya yang pernah kesana bersama tim BSMI bilang : bahkan anak-anak kecil sekalipun, orang-orang disana tidak terlihat sedih di raut wajahnya ketika melihat orangtua mereka hancur kepalanya terkena meriam yang melesat tepat di kepala. Mereka bangga melihat sanak saudaranya yang pada akhirnya mati syahid membela tanah suci para nabi itu. Mereka bukan anak-anak yang cengeng. Bahkan mereka memamerkan foto-foto keluarganya yang sudah syahid kepada khalayak umum. Mereka tidak pernah bersedih karena kematian.

Tapi rasanya tetap sedih T.T
Ah, semoga Allah memeluk ibumu, Put. Doakan yang terbaik untuknya. Semoga ibuku, ibumu, dan ayahmu bertemu di tempat terbaik, di surga.


---
Booskecil
Ariw Wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ada baiknya setelah membaca, meninggalkan pesan :D