Kematian pasti akan datang. Dia
hanya masalah waktu. Ini soal rahasia, hanya Allah yang tahu kapan waktunya.
Segala macam kemungkinan bisa saja terjadi, dan kapan saja. Beberapa hari ini
saya diingatkan dengan itu, ya tentang kematian. Dia bukan untuk ditakutkan,
atau merupakan moment yang menyedihkan yang berkepanjangan.
“apa inspirasimu hari ini?” Saya
kelabakan ketika tetiba imam menanyakan ini setelah menyapaku dalam chat room jejaring sosial lengkap dengan
emoticon yang khas selalu ia pakai.
Satu menit, dua menit, mungkin
sampai empat menit suasana lengang. Saya bingung mau menjawab apa. Berfikir. “beberapa
hari ini aku diiingatkan dengan kematian, Im. Aku punya buku baru antologi Gaza
yang nulis dr. Prita, dkk. Relawan BSMI yang pernah ke Gaza waktu itu. Judulnya
Membalut Luka Gaza.”
Saya sengaja nggak membahas
berita duka yang mungkin dia juga sudah mendapat beritanya dari teman kuliah
kami melalui pesan singkat, SMS. Kalaupun tidak, dia bisa membaca postingan di
status facebook saya bebeberapa waktu yang lalu.
Satu jam yang lalu sebelum saya
online untuk urusan syuro’ dengan chat facebook merempungkan gagasan
setahun yang lalu, ada dua teman kampus memberi kabar duka, ibu dari teman kita
meninggal hari ini (18/06), innalillahi....
Ya ibunya Putri Yunizar, teman
dekat saya, bahkan kami satu penelitian skripsi. Tapi dia belum selesai sampai
dengan hari ini. Ayahnya meninggal satu setengah tahun yang lalu. Tepat sehari
setelah ibu saya nggak ada, kini disusul ibunya. Nggak kuat membayangkan lebih
jauh. Hanya bisa mendoakan, semoga dia kuat.
Kehilangan orang yang kita cintai
memang sedih rasanya. Apalagi kehilangan orangtua. Rasanya belum banyak yang
bisa kita berikan kepadanya sebagai balas budi. Tapi dengan kita menjadi anak-anak
yang sholeh/sholehah, insya Allah cukup untuk memberikan bekal amal jariyah
pada mereka hidup di alam keabadian sana.
Kita harus belajar dari mereka
orang-orang yang hidup di Gaza, Palestina. Kalau dr.Prita dan beberapa rekannya
yang pernah kesana bersama tim BSMI bilang : bahkan anak-anak kecil sekalipun,
orang-orang disana tidak terlihat sedih di raut wajahnya ketika melihat
orangtua mereka hancur kepalanya terkena meriam yang melesat tepat di kepala.
Mereka bangga melihat sanak saudaranya yang pada akhirnya mati syahid membela
tanah suci para nabi itu. Mereka bukan anak-anak yang cengeng. Bahkan mereka memamerkan
foto-foto keluarganya yang sudah syahid kepada khalayak umum. Mereka tidak pernah
bersedih karena kematian.
Tapi rasanya tetap sedih T.T
Ah, semoga Allah memeluk ibumu, Put. Doakan yang
terbaik untuknya. Semoga ibuku, ibumu, dan ayahmu bertemu di tempat terbaik, di
surga.
---
Booskecil
Ariw Wibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
ada baiknya setelah membaca, meninggalkan pesan :D