Minggu, 17 Juli 2011

@ Dieng

jalan-jalan kali ini disinyalir karena kejumudan di kosan tidak ada kerjaan selain mengerjakan tugas dan tugas. jalan-jalan yang gratis siapa yang mau nolak coba? haha. yaa.. jalan-jalan kali ini memiliki visi yang gak sepele donk. nemenin temen kuliah yang mau ngambil data penelitian di daerah Banjarnegara, Jawa tengah. perjalanan dari jogja memakan waktu 4,5 jam dengan motor vixion.. gilaaa, pegel banget ni pantat duduk aja. haha, dilokasi penelitian mungkin hanya sekitar 1-2 jam saja, dan kita pulang.. eh, jalann-jalan dulu.

Dieng, yaaa.. dataran tinggi di jawa tengah yang ketinggiannya lebih dari 2.000 m dpl. suhunya yang dingin banget membuatku gatal-gatal karena alergi dingin (sialan). sampai lokasi nyari home stay.. besoknya baru jalan-jalan.

lokasi wisata yang pertama kita tuju adalah TELAGA WARNA. bau belerangnya bener-bener kayak bau got sumpah, warna airnya ada beberapa : hijau, biru, biru pudar, pokoknya gradasi gtu lah. prempulan di telaga seperti air mendidik. dan aku yakin di dalam telaga itu pasti gak ada hewannya, karena airnya air belerang gak mungkin bisa hiduplah!!

pengen tau sejarahnya telaga warna, nih silakan disimak.. (dari web sebelah)
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yang bijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram.

Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.

Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.

Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.

Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.

Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.

Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.

Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.

Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.

Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.

Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.

Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

tebss.. jalan2 beikutnya ke Sumur Raksasa (SUMUR JALA TUNDA)


Sumur Jalatunda adalah sumur yang memiliki diameter yang lebar, bentuknya seperti telaga namun curam. konon katanya "barasiapa bisa melempar batu sampai ke ujung maka keinginannya bisa terkabul". ah mungkin itu mitos saja.. lagian mana mungkin bisa coba, bibir sumurnya aja leber banget.

haha, tidak lupa juga kalo jalan-jalan ngerasain menu makanannya, yaa.. mie ongklok khas wonosobo. rasanya sih biasa aja, yah 7 (tujuh) lah nilainya.

komposisinya ada mie, tahu, daun bawang, yang khas dari mie ongklok kayaknya bumbunya kayak bumbu nasi pecel -- pake kacang goreng yang dihaluskan. hehe, gak ada salahnya kalo nemu di jalan sialakan aja dicoba untuk mengobati rasa penasaran.. hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ada baiknya setelah membaca, meninggalkan pesan :D