Kamis, 27 Oktober 2011

Ketika harus menunggu

Menunggu. Sepertinya kata itu cukup menyita waktu. Merasa bakalan wasting time banget melakukan itu. Hem, gimana caranya ya memaknai aktivitas menunggu. Menurut saya memang harusnya ada salah satu yang mengalah dalam sebuah pertemuan atau janjian. Bayangin aja ketika kita ingin janjian di tempat tertentu taruhlah di sebuah taman kampus, misalkan salah satunya telat sedangkan satunya gak mau mengalah buat menunggu. Mustahil akan bertemu bukan?!!

Beberapa hari belakangan ini. Agaknya saya beberapa kali harus menunggu. Menunggu orang, kereta, jemputan, pesenan makanan, etc. Bagi saya menunggu itu 'sesuatu'. Kadang saya suka ketika harus menunggu, bahkan kadang saya mencari-cari suasana ketika saya harus menunggu. Meskipun seringnya jengkel juga sih. Menunggu itu santai, rilex, longgar, dan waktunya panjang. Ketika banyak orang bilang ketika ditanya 'hal apa yang paling tidak disukai?' pasti banyak yang bilang 'menunggu'. Ah, bagi saya menunggu emang tetap menyenangkan ketika kita dapat memaknai dan memanfaatkan (kira-kira gimana ya, bakalan saya ceritakan dipostingan berikutnya, InsyaAllah).

Dongkol juga sih sedikit saat harus menunggu kereta. Selesai ngelesin jam 17:00 dari tempat saya ngelesin langsung ke stasiun Klaten, karena takut sudah gak ada bis Solo-Jogja lagi, biar lebih cepet juga sebenarnya. pas mau beli tiket OPnya bilang "Pramexnya masih jam setengah tujuh nanti" gak pikir panjang saya jawab "Yaudah deh gak papa" sambil menunggu jam kereta datang saya bisa sholat maghrib dulu di mushola stasiun. Mencoba liat jadwal lagi di tiket kereta, JAM PEMBERANGKATAN JAM 18:37 SAMPE JOGJA 19:02. Oke fine, bentar lagi keretanya datang. sambil nunggu saya makan roti yang tadi dibeliin Pak Wal (orang kantor). Ehm~ jam sudah lewat, tetap positif mungkin bentar lagi. dan akhirnya baru dateng di waktu yang seharusnya sudah bisa sampe di Jogja. Satu, saya harus membatalkan janjian saya dengan orang yang harusnya saya temuin ba'da Isya.

Awal di Stasiun saya sempet bingung, sampe Jogja pasti malem dan sudah gak ada bis kota. Awalnya gak mau ngrepotin sebenernya. Akhirnya mencoba minta tolong minta jemput di Stasiun. Awal smsnya bilang Insyaallah, dikahirnya minta tolong X aja. Oke, itu tanda dianya gak mau. Yaa, bagiku sih gak masalah ketika harus jalan kaki.

Satu lagi. Janji pertama yang tidak tepat waktu berdampak pada janji berikutnya. Beberapa hari belakangan ini memang harus menemui beberapa orang untuk keperluan yang beragam. Malam ini contohnya, "bisanya setelah jam 20:00 mas" "oke gak papa" dan baru datang jam 20:45 padahal harusnya saya punya janji jam 20:30 dengan orang yang berbeda di tempat yang beda, dan saya harus lari-lari karena sudah ditunggu. Jadinya agak terdzolimi kan.

Dalam kita berjanji sebaiknya memang tepat waktu. Pernah suatu ketika dosen saya 'Budidaya Tanaman Obat' bilang "Kalau memulai kuliahnya sudah telat maka jangan mengakhirinya telat juga, dengan balas dendam". Itu disampaikan ketika kami kuliah di jam kedua (09:00), saat sudah jam 09:00 dosen yang kuliah di jam pertama belum keluar juga di jam tersebut. Padahal jeda antara kuliah jam pertama dan jam kedua ada jeda 15 menit untuk toleransi. Itu sebagai contoh kasus saja. Ketika kita telatan, gak tepat waktu dampaknya banyak orang yang akan kita dzolimi. baik orang yang akan kita ajak janjian maupun orang yang harusnya ditemuin orang yang kita ajak janjian itu.

Ah, kok sudah ngatuk yaaa... see you besok ya!
ayoo istirahat buat besoj pagi.
HAMASAH !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ada baiknya setelah membaca, meninggalkan pesan :D