Jumat, 11 November 2011

Memahami Al Fahmu



Al fahmu dalam arkanul baiah menjadi urutan pertama, urutan nomor satu sebelum rukun-rukun yang lain. Ini artinya, posisi al fahmu menjadi penting dan didahulukan. Ketika kita sudah memahami segala sesuatu yang akan kita kerjakan kemungkinan terjadi hal yang tidak diinginkan kecil persentasenya. Ya, bisa dibayangkan al fahmu ini saat kita mencuci tangan sebelum makan.

Jika setiap individu kita dapat mengerti sebuah pemahaman (al fahmu) adalah rukun baiat yang pertama yang harus didahulukan, mengetahui esensinya, dan dikuasai dengan baik maka tidak akan mengalami kesulitas dalam memahami Islam itu secara kaffah (menyeluruh). Dan memahami apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan. Dari sana akan tercipta kehidupan yang tawadzun (seimbang).

Imam Hasan Al Banna memberikan gambaran secara matematis, bahwa pemikiran kita harus mendahulukan gerakan, gambaran yang benar merupakan awal dari perbuatan yang lurus. Dengan kita memahaminya pake ilmu, karena ilmu adalah bukti keimanan dan jalan menuju kebenaran. Kata ahli sufi, ilmu itu akan membentuk sikap, kemudian sikap yang akan mendorong perbuatan. hal ini diamini oleh para pakar psikologi bahwa ada alur antara pengetahuan, emosi, dan perbuatan.

Al ilmu qobla amal, ilmu sebelum amal. Hendaknya kita punya ilmu yang cukup sebelum kita melakukan amalan-amalan. Ilmu menjadi sangat penting ketika kita ingin melakukan amal. Kata Imam Ghazali "Amalan tanpa ilmu merupakan aktifitas yang sia-sia dan tidak akan berlaku, Ilmu tanpa diamalkan gila dan pada masa yang sama". Ingat banget pada beberapa minggu lalu saat ssholat jum'at di masjid yang tak jauh dari kosan saya di Klebengan, disampaikan oleh khotib tentang tema ilmu dan amal serupa dengan beberapa bahasan diatas. Orang yang memiliki ilmu tanpa melakukan amalan-amalan maka ibarat pohon yang besar rindang dan lebat daunnya tetapi tidak memiliki buah yang kemudian bisa dimanfaatkan, memiliki rasa yang enak. Pohon yang semacam ini bisa mendatangkan keburukan bahkan kesyirikan. Begirun sebaliknya ketika seseorang itu beramal dengan tidak berbekal ilmu maka ibarat pohon yang berpotensi buahnya banyak tetapi mudah roboh karena tidak ditobang oleh kayu pohon yang kuat.

Idealnya memang keduanya berjalan beriringan. Ketika kita sudah memahami sesuatu maka hendaknya kita mengamalkan dengan segala potendi dan kemampuan yang kita miliki. Begitupun ketika kita sudah kepentok dengan desakan untuk segera melakukan amal di lapangan, maka kita juga harus segera mencoba untuk memahami dan mempelajari apa yang akan kita lakukan. Yap, kita hanya diseru untuk melakukan usaha. Semangat dan terus berkarya :). #BerkaryaUntukIndonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ada baiknya setelah membaca, meninggalkan pesan :D